KERTAS - Merayap tebing Via Ferrata Gunung Parang

Kamis, Maret 30, 2017

Berawal dari obrolan singkat di group whatsapp, dimana kita semua kangen Piknik bareng KERTAS (Backpacker Lantai Sebelas), kali ini kita mengadakan piknik ke Gunung Parang. 

Jelas, ini bukan pendakian seperti yang biasa dilakukan, membawa ransel yang lumayan berat, berjalan menanjak belasan kilometer, pasang tenda, mengejar sunrise dan menyaksikan negeri diatas awan dari puncak gunung. BUKAN !

Kali ini, kita semua cuma mau manjat gunung seharian aja kok. eh tapi manjat bukan sembarang nanjak looh. karena kita akan memacu adrenalin mendaki gunung dengan cara merayap. xixixi

Tapi pernah gak sih lo ngebayangin panjat tebing di alamnya langsung?. Yups Di Gunungnya langsung. hmmm, kalo gw sih gak kebayang yah. terlebih gw ini orangnya penakut. (Takut sihh, tapi gw penasaran, gimana dong ?)

25 Peserta Piknik yang terkumpul oleh kapten @diksonsihotang

Anyway, biasanya setiap kali KERTAS Piknik yang jadi Kaptennya adalah @bedoelthofa, Nah kali ini @diksonsihotang mencoba menjadi Kapten. dan Taraaaa, sekalinya jadi Kapten 25 Orang terkumpul untuk ikutan Piknik KERTAS, yeiyyyyy. Entah apa yang membuat Piknik kali ini menarik dan banyak peminatnya, yang jelas kita semua adalah pemula, dan kita semua berani untuk mencoba kegiatan uji adrelanin dengan wall climbing di gunung Parang. xixixi

Gunung Parang
Gunung Parang, Purwakarta.
Gunung Parang terletak di kabupaten Purwakarta, Jawabarat.  Gunung Parang menjadi gunung pertama dan satu satunya di Indonesia yang memiliki jalur ferrata untuk bisa menuju Puncaknya. Dinamakan Ferrata (Bahasa Italia) yang artinya adalah Jalur Besi. jadi yang akan kita lakukan adalah memanjat setiap anak tangga besi yang terpasang di sepanjang dinding tebing. Seruuu kan.. xixixi

Siapa saja bisa melakukan aktivitas ini, tidak ada syarat khusus, yang penting fisik sehat dan lo berani.

Ada beberapa operator Ferrata di Gunung Parang, tentunya masing-masing operator memiliki jalur ferrata yang berbeda. Nah kalo kita menggunakan operator Skywalker. dimana titik awal ferrata dimulai dari ketinggian sekitar 600Mdpl. Dan kita akan mendaki sekitar 150 meter, jadi totalnya kita akan berada di ketinggian 750Mdpl. (kalo kalian mau sampe puncak, bisa... tinggal tambah 150 meter lagi untuk bisa sampai di 900Mdpl).

Sabtu, 25 Maret 2017
Kisah Piknik KERTAS di Gunung Parang

Janjian meeting point jam 5 Pagi, nyatanya jam 7 pagi kita baru berangkat. tentu kesalahannya ada di beberapa diantara kita yang ngaret (udah biasa lah ya, jam Indonesia). Baru sadar kalo ini adalah tanggalnya long weekend, dan yaaaah, kita terjebak kemacetan panjang di Tol. Yang seharusnya normal jarak tempuh Jakarta - Purwakarta sekitar 2-3 Jam, kemarin kita menghabiskan waktu dijalan sekitar 6 Jam, (hayoo dihitung, kita sampai di Gunung Parang jam berapa..)
Makan siang sebelum nanjak. semua sudah disediakan oleh operator disini. :)

Jelas, Rundown Itenerary jadi berantakan. harusnya sekitar jam 10 pagi kita sudah memulai Ferrata'an, tapi karena kita sampe jam 1 siang, kita baru memulai Ferrata'an sekitar jam setengah 3 sore.
Satu persatu mulai merayap di tebing Gunung Parang,

Sebelum kegiatan dimulai, masing-masing diantara kita dipakaikan peralatan safetynya. apa ajasih alatnya ??
yang gw inget nih..
  1. Helm Climbing, sebagai pelindung kepala.
  2. Seat Harness, serangkaian tali yang dipasang di pinggang dan paha dengan tujuan penahan berat badan kita.
  3. Carabiner, alat pengait, dengan tujuan sebagai pengait antara tubuh dan penyangga besi yang ada di tebing.
  4. Lanyard Arm, yaitu tali yang menghubungkan carabiner dengan tubuh. supaya menjadi pengaman kita saat wall climbing.
    Kira-kira begini peralatan safety wall climbingnya.
Itu ajasih, sisanya safety dari kita, seperti pakaian yang nyaman, sarung tangan, dan alas kaki yang tepat alias sepatu atau sendal gunung.

Selain dipasangkan alat, kita juga di briefing dan diperagakan oleh operator skywalker bagaimana tata cara wall climbing ferrata ini. 

Pertama kali ngeliat jalur tangganya, langsung benggong, bisa gak ya, bisa gak ya.. duh kalo ditengah-tengah give up gimana niiiih. Satu sama lain bukannya nyemangatin, tapi malah ngecengin. ini sih yang ngurangin rasa panik. karena masing-masing diantara kita ngeguyon lelucuan yang bikin ketawa gak berenti. xixixi
Ini dia, awal tangga yang akan mengantarkan kita ke puncak gunung parang, ajib gak tuh ?
Oya, gw bukan orang yang takut ketinggian, tapi kalo untuk menikmati ketinggian dari pinggir tebing sih ya sempet takut juga, karena ini adalah pertama kalinya buat gw, jadi deg-degan itu wajar, apalagi pas pertama kali kaki dipijak ke tangga besi, asli nih ya, kaki gemeter parah, dan rasa takutpun berlipat (kalo kata temen-temen gw kek lagi ngobras baju atau macem kaya drummer mettal double pedal. xixixi)
Liat nih, Keliatan takut sama keliatan seneng itu beda tipis yah. tapi puas karena berani lepas 2 tangan. xixixi 
Pelan tapi pasti kaki mulai bersabat dengan tangga besi, menanjak tebing secara vertikal serasa mudah. Sampai akhirnya ketemu anak tangga yang membentang secara horizontal. nah looo, kaki mulai gemeteran lagi. butuh penyesuaian untuk melewati anak tangga di pinggir tebing secara menyamping, karena kalo manjat keatas kita akan melihat tangga selanjutnya dengan menghadap keatas, sedangkan, dengan tangga yang menyamping, mau gak mau kita akan melihat tangga besi sebelahnya dengan menghadap ke bawah. ngeri ngeri asoooy gimanaa gituh. xixixi
Tuh, benerkan ? kalo horizontal itu bikin kita nengok kebawah. *langsung gemeter
Daripada nunggu antri naik yang kelamaan, selfie dulu lah ya. xixixi
bukan muka takut, melainkan muka lelah. 
Kaya foto prewed yah, padahal gak sengaja di foto. xixixi
Selfie adalah salah satu tips untuk melupakan rasa takut. Liat deh, semeriwing semua ya mukanya ? xixixi
Gak usah buru-buru manjat, sesekali kita harus melihat panorama sekeliling gunung parang, indahnya waduk jatiluhur, bukit bukit dan pesawahan warga menjadi obat lelah saat ditengah tengah pendakian. jangan lupa untuk minta di foto sama operator yang nemenin kita, karena secara gak langsung, dengan berfoto juga bagian dari ngilangin rasa takut.

Sesampainya di ketinggian 750Mpdl, atau 150meter kita menanjak, kita bisa beristirahat di 3 teras tebing seperti gua yang bisa digunakan untuk duduk sembari menunggu yang akan turun. pas istirahat disini masih pada ketawa-tawa rumpi ngobrolin ini itu. pas tau turunnya?? jeng jeng... mendadak Diem serentak.
Nah, keliatan kan ada 3 teras tebing sebagai lokasi peristirahatan sambil menuggu giliran turun.(anyway foto ini dari drone group lain yang kebetulan lewat pas kita nanjak. xixixi rejeki Kertas. Terimakasih buat yang punya drone)
Istirahat sejenak sambil menunggu giliran turun.
Untuk jalur turun, asliiiii, ini lebih nyebelin dari pada naiknya. dipikiran gw tu turunnya jalan kaki ngelewatin bukit, atau mungkin di tandemin sama operatornya nurunin tebing. ternyataaaa ?? kita turun sendiri dengan mengandalkan berpegangan dengan seuntai tali !!!! cakeeeeep 
Ini yang namanya Rappeling, gw juga gak tau kenapa ini di tandem'in sama operatornya, yang jelas kita semua turun berdasarkan keberanian diri sendiri.
Namanya Teknik Rappeling, dimana menuruni tebing yang sepenuhnya bergantung dari peralatan yang dipasang dan menggunakan tali sebagai jalur lintasan turun, Nah, Operator akan membantu mengulurkan tali dari atas, sedangkan tugas kita adalah menjaga keseimbangan kaki memijak tebing dengan posisi tubuh tegak, serta tangan yang berpegang kuat pada tali. jiperrr gak sih.

Mau tau gak yang bikin makin jiper tu apa ? Pas Turun, salah satu diantara kita ada yang nyangkut di tengah-tengah tebing sekitar 1 jam. yang bikin lama adalah kondisi operator yang terbatas, ngakalin berbagai cara supaya gak kesangkut, terlebih hari sudah gelap, sedangkan diantara kita yang menunggu giliran turun gak tau harus ngapain dan harus berbuat apa. kita cuma bisa teriak bergantian nyemangatin temen yang kegantung ditengah-tengah tebing. gilaa sih ini. tapi alhamdulillah setelah 1 jam permasalahan bisa diatasi dengan kerjasama antara operator dan beberapa diantara kita untuk membantu menarik tali hingga terlepas dari sangkutan dan mengulurnya kembali. (kadang peristiwa yang gak tertangkap kamera malah menjadi hal yang lebih mengesankan)

Nah, kirain tu ya, cukup sekali diulur operator, udah langsung sampe bawah, 
Ternyata ?? kita harus berganti tali rappeling untuk melanjutkan turun, rasanya tuh ya, perjuangan belum selesai, kita masih harus extra tenaga lagi dan extra berani untuk turun dengan kondisi gelap malam hari. pffffttt

Dan disini gw belajar, Meski ada operator yang bantu, teteb, kita yang harus berjuang dan menyelesaikannya sendiri, karena cuma diri kita sendiri yang tau kondisinya gimana, beberapa kali kaki gw lepas dari pijakan tebing dan ngegelinding di dinding tebing. dengan begitu kita harus usaha sendiri memijakan ulang kaki di tengah-tengah tebing untuk melanjutkan turun ke bawah.
Dari senja, sampai gelap gulita.
25 orang peserta, naik jam setengah 3 sore secara bergantian, selesai jam 10 malam. uwoooowww. amazing. !!! turun malam hari menjadi rekor di skywalker dengan penuh tragedi dan drama, terlebih tanpa menggunakan headlamp sama sekali. bener-bener GELAP.

Alhamdulillahnya, meski kita semua terbilang pemula dan hari sudah malam, kita semua bisa menyelesaikan dengan baik, dan berhasil mengatasi rasa takut sampai selesai dengan selamat. 

Seru sih, nano nano banget rasanya, ada yang deg-degan, gemeteran, takut, seneng, ngejerit, mewek, lemes, panik, semua jadi satu. udahannya nih, masing-masing diantara kita punya cerita tersendiri mengenai pengalaman ferrata gunung parang kali ini. Dan hal yang menakutkan itulah yang menjadi hal yang penuh becandaan , kita pun tertawa mendengar cerita satu sama lain. its happiness :)

Selepas piknik, di group jadi rame ngeledekin satu sama lain, inilah KERTAS. mengikat silaturahmi satu sama lain. terimakasih buat temen-temen yang mau ikutan piknik bareng KERTAS. sampai ketemu di Piknik KERTAS Selanjutnya

Gapapa diledekin, yang penting semuanya happy. gw pun ngikik sendiri diledekin begini. xixixi

More Informations :
  1. Berapa Budgetnya ? 330rb/Anak sudah termasuk Transportasi PP Jakarta - Purwakarta, Makan siang, Operator, dan Peralatan wall climbing. 
  2. Waktu yang tepat ? Yakin sampai disini itu Pagi, supaya turunnya masih siang, dan masih terang, jangan sampe kaya kita turun malem penuh tragedi. xixixi
  3. Cuaca ? Yakin cuaca saat kamu kesini tepat, kalo sekiranya bakal hujan, mending ditunda, ngeri Petir, dan licin.
  4. Fisik ? Yakin kalo kalian lagi sehat, kalo lagi gak enak badan, jangan dipaksakan, karena Ferrata ini butuh tenaga extra.
  5. Pakaian ? Saran sih, pakai pakaian yang nyaman dengan lengan panjang dan celana panjang. karena banyak nyamuk hutan. selain itu kalo siang lumayan panas. jangan lupa buat bawa pakaian ganti juga.
  6. Logistik ? Bawa tas kecil untuk menaruh air mineral dan makanan, jangan mengandalkan orang lain, kalo kepisah terus haus. gimana ?
  7. HP dan Kamera ? buat yang mau foto-foto mendingan percayain sama operator aja, mereka akan bantu mengabadikan moment kita selama manjat tebing berlangsung. dari pada layar hape dan kamera kenapa-napa. misalkan pecah karena kebanting ditebing, atau bahkan jatuh ke bawah ? duh ngeriiii.

Sampai jumpa di cerita piknik selanjutnya :)

You Might Also Like

0 komentar