Ke Baduy yuks !
Selasa, Mei 30, 2017
Sen, ke Baduy yuks ? YUKS *Jawab Nyengir*
Memang ini adalah bukan kali pertama gw mengunjungi Suku Baduy dan kenapa gw langsung jawab "YUKS" tanpa nanya, "kapan?, sama siapa? naik apa ?, kumpul dimana?", gak pake nanya bla bla bla gw langsung "YES".
Selalu ada rasa
excited untuk bisa balik ketempat ini. Dimana ketika berada di Baduy gw merasakan adanya kearifan masyarakat, menemukan sebuah ketenangan budaya, bisa bikin gw makin jatuh
cinta dengan kekayaan alam Indonesia, dan terlebih gw merasa semakin bersyukur
karena keberadaan alam yang membuat hidup jadi lebih bernilai.. Cieeeehhh..
Awal perjalanan, kampung Baduy Luar. |
Kini berkunjung ke Baduy sudah
menjadi salah satu kegiatan wisata budaya dan sejarah daerah banten.
Dan semenjak diresmikannya Commuter Line Tanah Abang – Rangkas Bitung bulan April 2017
kemarin, menambah salah satu fasilitas transportasi cepat yang bisa kita
gunakan sebagai alternative untuk bisa menuju Ke Baduy. (Nah, buat lo yang gak
suka ngeteng, sudah banyak jasa open trip yang mengadakan destinasi Trip ke kampung Baduy. But.. gw sih lebih suka merencanakan perjalanan sendiri bareng
temen-temen. Xixixi, namanya juga backpacker ya kan.)
Perjumpaan singkat dengan Anak-anak Baduy dalam yang ingin ke Ciboleger. |
Singkat cerita mengenai Baduy :
“Suku Baduy terbagi dalam dua golongan yang disebut dengan Baduy Dalam dan Baduy Luar. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah dalam menjalankan pikukuh atau aturan adat saat pelaksanaannya. Jika Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan baik, sebaliknya tidak dengan saudaranya Baduy Luar.” [Riky/IndonesiaKaya] Selengkapnya
Jum’at, 11 Mei 2017
Jembatan bambu pertama yang kita lewati, Baduy Luar. |
Memilih perjalanan di malam hari
menuju Stasiun Rangkas Bitung adalah strategi yang tepat. Karena kita bisa
lebih banyak waktu saat tiba di Baduy. Misalkan saja kita bisa memulai trekking
di Baduy dari pagi hari. Selain trekking jadi lebih santai, cuaca pagi juga
tidak terlalu panas menyengat, dan menghindari waktu yang kesorean juga.
KRL yang kami gunakan adalah KRL
terakhir dengan tujuan akhir Rangkas Bitung, yaitu sekitar jam 21.45 malam. Dan
hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam saja kita sudah sampai di stasiun
Rangkas Bitung (Jauh lebih cepat dari kereta lokal).
Setibanya di Rangkas Bitung, kita
gak langsung melanjutkan perjalanan ke Ciboleger. Karena kenapa ?, karena
Lapeeeer bray. Xixixi Jadilah kita cari warung makan deket stasiun sambil
menunggu angkot yang sebelumnya sudah di carter oleh salah satu diantara kita.
Sabtu, 12 Mei 2017
Sama seperti pertama kali ke
Baduy, ada sensasi tersendiri ketika melanjutkan perjalanan ke Ciboleger. Supirnya sadis banget kalo nyetir.
Belum lagi angin malem itu berasa banget dan medan yang ditempuh seperti jalur
lintas Sumatra yang penuh dengan kelokan. Awal perjalanan masih pada
ketawa-tawa, terlebih ada edisi romantis dimana salah satu temen trip gw
melamar kekasihnya di dalam angkot. Selesai romantis-romantisan, ketawa cekakak
cekikik, perlahan satu persatu diantara kita mulai diam, mulai ga tahan, dan ga
lama kemudian minta si Pak supir berhenti sejenak. Yakkk mulai pada Jakpot xixixi.
Perjalanan sih cuma 1 jam. Tapi
kalo begitu ceritanya, serasa gak nyampe-nyampe. Jadi sekedar tips nih, buat lo
yang gak terbiasa dengan jalur perjalanan yang berkelok ditambah supir yang
ngebut, mending dibawa tidur, minum antimo, atau kalo posisinya carter
angkot, bisa pilih duduk ngampar di tengah-tengah bangku angkot. hehe
Setibanya di Ciboleger sekitar
jam 02.30 pagi, langsung disambut oleh Kang Agus (warga lokal) yang akan
membantu kita memandu perjalanan selama trekking di Baduy.
favorit gw, Sinar matahari. pas banget yaaah. ❤ |
Karena memutuskan untuk memulai trekking sekitar jam 07.00 pagi, maka kita masih punya banyak waktu untuk berisirahat sekedar meluruskan badan paska diblender di dalam angkot tadi. Xixi
Oya, estimasi jarak tempuh untuk bisa sampai ke Baduy dalam adalah sekitar 3-4 Jam. Tapi estimasi tersebut gak berlaku buat kita. Kemarin kita menghabiskan waktu sekitar 7 Jam untuk bisa sampai ke Baduy Dalam. Karena selama perjalanan kita lebih memilih trekking santai. Alasannya sih supaya punya banyak waktu untuk istirahat dan menikmati hawa perkampungan baduy Luar sambil berfoto-foto ria, selain itu kita juga jadi lebih mengenal dan memahami sejarah baduy dari ceritanya kang Agus.
tradisi kesenian budaya warisan baduy adalah menenun. aktivitas ini hanya dilakukan oleh kaum perempuan yang telah diajarkan sejak usia dini, |
Salah satu yang akan kita temui saat trekking di Baduy adalah melihat aktivitas para perempuan yang sedang menenun di depan rumah mereka. tak jarang hasil tenunan mereka, dipajang langsung di halaman rumahnya untuk menarik minat wisatawan yang datang.
Pergi ke Ladang adalah salah satu aktivitas Masyarakat suku Baduy. |
Tidak jauh berbeda dengan naik gunung, trekking di Baduy juga membutuhkan energi yang cukup, karena selama trekking kita akan banyak bertemu dengan tanjakan yang lumayan bikin dengkul lemes. Jadi menggunakan alas kaki yang tepat adalah hal penting juga looh saat trekking di Baduy.
BADUY DALAM
Sesampainya di perbatasan pemisah
antara Baduy Luar dan Baduy Dalam, Jangan seneng dulu yaa, karena untuk bisa
sampai ke perkampungannya masih jauh banget looh. Dan sebagai pengunjung yang
baik, saat disini pastikan juga kalo handphone dan kamera sudah disimpan dalam
kondisi non aktif.
Diperbolehkan berfoto dengan anak-anak baduy dalam, jika kondisinya berada di Baduy Luar. |
Berkenalan dengan Ambu dan Ayah selaku pemilik rumah dimana kita akan menginap di Baduy Dalam. Posisi rumahnya persis di sebelah halaman luas arah ke sungai yang berhadapan langsung ke Rumah Puun. ada banyak rumah penduduk di Baduy dalam, sehingga ketika mendapatkan rumah Ambu dan Ayah kita senang sekali, karena lokasi rumahnya mudah di cari, dekat dengan akses sungai dan halaman bermain anak-anak.
Rasa lelah perjalanan sekitar 7 jam dengan dipenuhi lika liku tanjakan yang gak kelar-kelar, seketika hilang ketika melihat kehidupan masyarakat baduy yang sebenarnya. saat menyusuri rumah-rumah yang ada di baduy dalam, Masyarakatnya tak sungkan untuk menyapa dan menyambut kita dengan penuh kehangatan, melihat anak-anak sekitaran umur 2-4 tahun bermain dengan lugunya, berlarian tanpa alas kaki, tertawa dengan lepas, senyum yang indah, ooooh really, this is a sweet culture cannot find in our daily life.
Andai gw bisa berbahasa sunda, ingin sekali ikut bergerumbul diantara anak-anak itu. sumpah seruuu banget ngeliat mereka bergerumun dengan mengenakan pakaian adatnya.
Belum lagi Ambu dan Ayah yang begitu ramah, menganggap kita adalah bagian dari keluarga mereka. Menikmati setiap waktu untuk berinteraksi langsung, Mandi di sungai, menggunakan batu sebagai media menjadi hal yang menarik, saling kerjasama bergantian membersihkan punggung masing-masing (hayooooo mana mungkin ini bisa kalian temui dikeseharian kalian. ya kaaaan).
Tapi, dibalik semua keindahan kelestarian budaya Baduy Dalam, ada sedikit perubahan yang terjadi dan sempat menjadi perdebatan diantara masyarakat Baduy Dalam. (supaya gak kepanjangan aku tulis disini ya. BADUY DALAM, MENGAJARKAN KITA UNTUK MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT NENEK MOYANG.)
Minggu, 12 Mei 2017
Hari cepat sekali berganti, dan tibalah dimana kita harus melanjutkan perjalanan kembali pulang. Berat rasanya saat berpamitan dengan Ambu, Ayah dan Aceng (sapaan anak). Dan ini yang menjadi motivasi untuk selalu excited balik lagi ke Baduy.
Perjalanan Pulang, kondisi sudah melewati perbatasan wilayah baduy dalam. |
Saat pulang kita tidak menggunakan jalur yang kemarin digunakan saat menuju Baduy Dalam, melainkan kita ditawari dua pilihan jalur lain oleh Mang Agus, ingin lewat Jembatan Akar yang treknya lebih jauh, atau Jalur Danau yang lebih dekat. dan kita semua sepakat memilih Jalur Danau.
Selama perjalanan pulang, jangan berharap jalur menurun ya. Karena masih banyak tanjakan yang akan kita temui. ini serius, ini gak bohong.
Tapi perjalanan pulang menjadi perjalanan favorit gw. karena beberapa kali kita akan menemui aliran sungai yang harus kita lewati. Banyak tertutup pohon pohon tinggi seolah berada di hutan kalimantan. xixixi
Belum lagi sambil mendengar gemuruh para pemuda baduy yang sedang berburu.. duh makin berasa seperti lagi dipedalaman kalimantan. hehe
Salah satu aliran sungai yang kita temui. |
Nah liat deh, saking sukanya sama aliran sungai disini, sampe minta difoto candid, padahal rekayasa belaka, hehe |
Nah ini dia Danaunya, seru ya liatin anak-anak mandi, jadi pengen ikutan. xixi |
Karena kebanyakan istirahat, demi menikmati suasana sungai dan danau, perjalanan pulang ditempuh sekitar 4 jam. dan tiba di Ciboleger sekitar jam 12 siang. bersih-bersih, makan siang, dan kembali bersiap berperang melawan supir angkot yang tega banget nyetirnya.
Untuk kembali ke Ibukota, tentunya masih mengandalkan KRL, selain biaya transportasinya murah, KRL termasuk transportasi yang efektif dan cepat. hehe
Semalam di Baduy Dalam merupakan waktu yang begitu singkat untuk kita bisa menikmati suasana di Baduy Dalam, tapi, setidaknya selama disini, banyak pelajaran yang bisa kita petik.
Lebih menghargai dan menghormati adat istiadat adalah salah satu cara melestari budaya. jadi kesadaran kita sebagai wisatawan menjadi peran penting untuk membantu mereka melestarikan budaya ya gaess.
Lebih menghargai dan menghormati adat istiadat adalah salah satu cara melestari budaya. jadi kesadaran kita sebagai wisatawan menjadi peran penting untuk membantu mereka melestarikan budaya ya gaess.
***********
Behind….
Singkat cerita, kenapa gw bisa
piknik ke Baduy, ini berawal dari perkenalan saat COD lensa kamera. tak sekedar
proses jual beli barang, melainkan obrolannya diisi dengan pengalaman piknik
masing-masing. Sehingga ketika ada ajakan untuk piknik bareng, apalagi pas di
sebut itu Baduy. Jelas gw langsung YES. Padahal sebelumnya, gw sudah ada plan
piknik di tanggal yang sama. But.. seperti yang gw tulis di awal, gw selalu
excited untuk bisa balik ketempat ini.
Berangkat ber8, 6 diantaranya adalah
orang-orang yang baru gw kenal pas hari H perjalanan di lokasi meeting point. Ada
partner setia gw @iche_isye, si penjual lensa @dakbaong, dan teman-teman baru
yaitu @tino_isdyarto, @liggatuti_13, @sutamjourne, @ferianggriawan68 dan
@melly_sha86. Sama dengan piknik-piknik sebelumnya, selalu ada kapten yang
bertanggung jawab mengurusi printilan ini itu.
Anyway terimakasih teman-teman
baru. Super awesome. Sampai jumpa di kesempatan piknik selanjutnya. ☺
0 komentar